Judul Buku: Hello
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabakgrip
Tahun Terbit: 2023
ISBN: 9786238829682
Jumlah Halaman: 320
Hello Readers! Selamat datang kembali di segment review buku perdana saya tahun ini. Menuju pertengahan tahun 2023, hilal lanjutan serial Bumi belum nampak juga rupanya. Tere Liye malah launching novel baru dengan judul Hello. Daripada gabut menunggu kisah kelanjutan Raib, Seli dan Ali, yuk kita bahas novel baru yang satu ini dulu.
Blurb
Hello
Apakah kamu di sana?
Aku tahu kamu di sana.
Aku tahu kamu mendengar suaraku.
Hello
Aku tahu kita belum bisa bicara.
Tapi aku tidak bisa menahan diriku untuk menelponmu.
Aku hanya hendak bilang, aku tidak akan menyerah.
Aku akan selalu menyayangimu.
Review
Ana merupakan sosok gadis luar biasa. Ia telah menyelesaikan kuliahnya pada jurusan teknik sipil tiga tahun lalu. Berbeda dengan teman-teman seusianya yang melamar pekerjaan di kantor dan perusahaan-perusahaan besar lainnya, Ana memutuskan bekerja untuk dirinya sendiri, sekaligus melanjutkan kuliah lagi di jurusan arsitektur.
Bicara soal bakat, Ana memang memiliki antusias cukup tinggi soal merancang bangunan seperti kuliah yang ia tempuh sejak tiga tahun lalu hingga hari ini. Sejak kecil, ia lebih memilih untuk bermain sambil berkarya. Ya, ketika anak kecil seusianya menyukai boneka, Ana malah gemar menyusun kotak-kotak hingga membuat mahakarya dari tumpukan pasir. Kini, di usianya yang menginjak 24 tahun, Ana sudah bukan lagi pekerja bangunan kelas bawah. Ia sudah memiliki banyak klien, puluhan tukang dan empat staff di kantornya.
Kalian salah jika mengira Ana adalah main centre dalam novel Hello. Namun, kehadiran Ana begitu spesial di setiap plot yang ada dalam kisah novel ini. Semua bermula ketika Ana mendapatkan klien yang sangat istimewa. Namanya Hesty, Ana lebih akrab menyebutnya Ibu Hesty. Hesty memiliki rumah peninggalan orangtua yang ingin direnovasi. Patrisia, sahabat karib Hesty merekomendasikan Ana sebagai arsitektur rumah yang ingin ia Renovasi.
Pertemuan antara seorang klien dan arsitek sekaligus kontraktor pun berlangsung pagi itu pada sebuah rumah tua dengan barisan pohon palem tinggi yang memagarinya. Berbeda dengan klien-klien Ana sebelumnya, rumah yang akan ia permak kali ini menyimpan begitu banyak kisah dan kenangan. Setiap sudut di dalam rumah membawa memori yang amat sulit dilupakan oleh Ibu Hesty. Wajar saja, sejak kecil hingga tumbuh dewasa, ia menghabiskan banyak waktunya bersama orangtua, kakak-kakaknya dan seseorang yang begitu spesial di hatinya.
Kisah penuh warna dalam novel Hello ini bermula di tahun 1975 silam. Di detik dan pada hari yang sama seorang bayi laki-laki dan perempuan telah lahir. Bayi perempuan itu bernama Hesty dan bayi laki-laki itu bernama Tigor. Sayangnya, kedua bayi ini lahir dan menjalani hidup yang begitu kontras meskipun hidup di lingkungan rumah, sekolah hingga kampus yang sama.
Hesty lahir di rumah sakit besar sedangkan Tigor lahir tepat di sebuah bangunan tambahan rumah mewah yang khas dengan pohon palemnya itu. Latar belakang keluarga Hesty dan Tigor memang sangat kontras sehingga membuat hidup kedua anak ini juga begitu complicated. Hesty lahir dari keluarga keturunan ningrat. Ayahnya adalah seorang pejabat penting negara sedangkan ibunya adalah seorang jurnalis ternama. Sementara Tigor hanyalah anak dari seorang supir dan seorang pembantu rumah tangga.
Rutinitas harian dari Hesty dan Tigor sangat jauh berbeda. Hesty dan kedua kakaknya, Rita dan juga laras hidup dengan segala hal yang telah ditentukan standar tertingginya. Ketiga bersaudara itu tidak mengenal sekolah kelas dua, mereka selalu masuk ke sekolah elite, sekolah terbaik di kota. Ayah mereka, Raden Wijaya adalah sosok terhormat, berkelas dan juga sukses. Oleh sebab itu, Hesty, Rita dan juga Laras wajib mengikuti jejak megah itu.
Sementara itu, kehidupan Mang Deni dan Bi Ida juga berjalan sebagaimana mestinya. Mang Deni bekerja sebagai supir dari Raden Wijaya serta Bi Ida bekerja sebagai pembantu di dalam rumah mewah itu. Jika Hesty mengawali harinya dengan menyantap sarapan enak di ruang makan luas bersama keluarga besarnya, Tigor malah harus memulai rutinitasnya dengan membersihkan halaman rumah hingga menyiram tanaman. Ketika tugas Tigor selesai, barulah ia bersiap-siap untuk mandi dan sarapan kemudian berangkat ke sekolah.
Hesty dan ketiga saudaranya mengendarai mobil antar-jemput yang dikemudikan oleh Mang Deni saat berangkat ke sekolah. Sedangkan Tigor mengandalkan sepeda bututnya. Tampilan Hesty dan Tigor tentulah berbeda jauh. Namun, perbedaan-perbedaan itu sama sekali tak menghalangi kedekatan mereka. Usia yang sama serta hidup dalam lingkungan yang sama setiap harinya membuat hubungan Hesty dan Tigor semakin erat.
Kehadiran Tigor dalam hidup Hesty sejak kecil membuat hidup Hesty juga jauh berbeda dengan kedua kakaknya. Sejak SD, Tigor dan Hesty selalu bermain hingga membuat ulah bersama. Keliling pasar, bermain layangan, memanjat pagar hingga dituduh mencuri mangga pun sudah mereka rasakan. Tak seperti Rita dan Laras yang begitu ambis dengan pendidikan dan karir mereka. Kedua kakaknya tak mengenal jam bermain bahkan jam berbuat ulah sejak kecil. Circle mereka adalah anak-anak berkelas yang tentu saja tak akrab dengan yang namanya main di pasar ataupun jajan di pinggiran kota.
Hesty menjalani hidupnya sebagai perempuan ala kadarnya karena sosok Tigor yang selalu membersamainya sejak kecil. Meskipun Hesty juga mengikuti jejak kedua kakaknya untuk kuliah di Fakultas Kedokteran, hasrat menggapai mimpinya berkeliling dunia untuk memotret banyak hal bersama Tigor tetaplah prioritas utamanya.
Hari demi hari rasa sayang sebagai teman dan orang terdekat dari Tigor dan Hesty berubah menjadi rasa cinta antara seorang perempuan dan laki-laki. Kedekatan mereka sejak bayi hingga kuliah membuat benih-benih rasa sayang keduanya semakin dalam. Sayangnya, keduanya mengalami hubungan pasang-surut karena perbedaan latar belakang. Raden Wijaya adalah tembok penghalang terbesar di antara hubungan mereka berdua.
Banyak hal terjadi di dalam hubungan mereka saat menginjak usia dewasa. Rumah mewah berhiaskan barisan pohon palem besar menjadi saksi bisu arus perjalanan rasa cinta Tigor dan Hesty. Siapa yang menyangka jika sosok Ana di dalam novel ini menjadi bab baru dalam hubungan Tigor dan Hesty yang sempat terhenti puluhan tahun lamanya.
My Impression
Overall, kisah cinta di dalam novel Hello-nya Tere Liye ini cukup klasik sih. Pokoknya inti ceritanya itu gak jauh beda lah sama cerita di dalam FTV atau sinetron-sinetron yang khas dengan kisah cinta tak direstui. Kalau kalian pernah nonton FTV-FTV jadul SCTV pasti sudah akrab dong ya sama cinta terlarang karena perbedaan ekonomi atau latar belakang keturunan keluarga. Kalau bukan cowoknya yang miskin ya ceweknya, begitupun sebaliknya.
Memang sih kisah cinta antara Hesty sama Tigor itu punya vibes yang mirip dengan FTV-FTV populer pada zamannya itu tapi, bukan Tere Liye namanya kalau gak bikin plot seru dan bikin gregetan di tiap babnya. Kadang ngakak pas baca masa kecil Hesty sama Tigor, dari main layangan di Monas sampai kecebur di sungai. Habis itu dibikin emosi sama sosok Raden Wijaya yang ambis banget sama darah ningratnya. Terus jadi salting dan gregetan sendiri lagi sama love language-nya Tigor ke Hesty. Asli sih, hubungan Tigor sama Hesty ini udah macam naik roller coaster.
Belum lagi pas mereka LDR plus backstreet lewat jalur kirim surat. Lucu aja ngebayangin Hesty dan Tigor saling komunikasi lewat surat. Mana tunggu balasannya butuh waktu satu minggu. Bonusnya diledekin tukang pos pula tiap minggunya ckckc. Effort Tigor buat naklukin hatinya Raden Wijaya keren juga sih. Ya, meskipun ujung-ujungnya tetap gak bisa bersatu gara-gara kesalahpahaman. Beruntung, kehadiran Ana menjadi bab cerita baru antara Hesty dan Tigor setelah sekian purnama berpisah.
Hubungan Hesty dan Tigor sebenarnya sudah cukup sampai di satu buku saja menurut saya. Tapi, kisah hidup Ana kayaknya layak buat dijadiin sekuel dari novel Hello ini. YOKKK BISA YOOKK, BUNG TERE LIYE!
No comments