Trauma Cleaner
Drama ini ternyata mengadaptasi buku esai
non-fiksi karya Kim Sae Byeol yang membahas tentang trauma cleaner
berjudul “Things Left Behind. ”Trauma cleaner ini menyediakan jasa untuk membersihkan kamar orang-orang
yang sudah meninggal. Di Korea, jumlah orang yang hidup sendiri dan tidak
memiliki keluarga sangatlah tinggi.
Ironisnya, ketika mereka meninggal
tidak ada yang bersedia untuk membersihkan barang-barang yang mereka tinggalkan. Ada juga yang masih
memiliki keluarga tapi sang keluarga menolak untuk membersihkannya. Selain
membersihkan kediaman mendiang, trauma cleaner juga bertugas untuk
memilah barang yang harus dibuang dan barang yang harus disimpan untuk
diberikan ke keluarga. Melalui barang-barang itu, trauma cleaner
kemudian bisa menyimpulkan pesan-pesan terakhir yang ditinggalkan untuk
disampaikan kepada keluarga. Bagi yang tidak memiliki keluarga, barang-barangnya
akan dibakar atau diserahkan ke dinas sosial.
Topik tentang trauma cleaner ini sepertinya
baru pertama kalinya diangkat dalam sebuah drama. Bagi saya ini sangat insightful
dan betul-betul fresh. Jadi mikir “wah ternyata ada ya pekerjaan seperti
itu.” Mungkin di Indonesia kita masih asing dan agak tidak relate dengan pekerjaan ini karena biasanya ketika ada yang meninggal dunia, orang-orang
di sekitar akan berbondong-bondong ikut membantu. Di drama ini ditunjukkan
bahwa biasanya tetangga-tetangga mendiang malah menghindari kediamannya karena
dianggap akan memberikan aura buruk bagi mereka. Salah satu hal yang bikin saya
bingung adalah padanan kata yang tepat untuk trauma cleaner dalam bahasa
Indonesia. Subtitle Netflix sendiri menyebutnya sebagai pembersih TKP. Menurut
saya penggunaan kata pembersih TKP masih kurang mewakili makna dari trauma
cleaner apalagi tugas seorang trauma cleaner bukan
hanya membersihkan TKP tapi juga menyampaikan pesan tersirat mendiang melalui
barang-barang peninggalannya.
Sindrom Asperger
Han Geu Ru dalam drama ini diceritakan sebagai
seorang pengidap sindrom asparger. Sindrom asparger adalah salah satu spektrum
autisme dimana pengidapnya merasa kesulitan dalam merasakan dan mengekspresikan
emosi, susah bersosialisasi, dan susah untuk beradaptasi dengan perubahan. Meski
begitu, pengidap sindrom asperger tidak memiliki masalah dalam proses berpikir
dan berkomunikasi. Kematian sang ayah dan hadirnya Cho Sang Gu dalam kehidupan
Geu Ru menyebabkan kehidupannya berubah. Perubahan ini tidak langsung bisa
diterima oleh Geu Ru. Ia menolak untuk menyebarkan abu ayahnya. Ia menjalankan
rutinitas seolah-olah ayahnya masih hidup, seperti menyiapkan sarapan untuk ayahnya,
melarang Sang Gu duduk dan makan di kursi yang ditempati ayahnya, melarang Sang
Gu menyentuh alat makan yang dipakai ayahnya, melarang Sang Gu untuk tidur
di kamar ayahnya, juga pergi ke taman wisata seperti yang biasa ia lakukan
bersama ayahnya. Ketika perubahan dipaksa untuk terjadi, Geu Ru akan
membenturkan kepalanya ke tembok.
Sangat menarik melihat Han Geu Ru yang mengidap
sindrom asperger melaksanakan pekerjaannya sebagai trauma cleaner. Perpisahan yang identik dengan kesedihan serta Geu Ru yang tidak bisa
merasakan emosi. Penyampaian pesan yang mengandalkan kepekaan serta Geu Ru yang
kurang bisa bersosialisasi. Kontras keduanya terlihat jelas tapi ternyata bisa dipadukan
dengan baik.
Kisah yang Menyentuh
Menonton drama Move to Heaven ini memang harus sedia tisu sih. Bayangkan
dari episode 1-10 kita akan menemui berbagai kisah kematian. Selain itu, backstory
Geu Ru dan pamannya juga bikin nangis. Pemilihan karakter-karakter
pendukungnya menurut saya sangat tepat. Kita bisa melihat klien Geu Ru itu
berasal dari berbagai kalangan. Ada yang masih muda, ada yang sudah renta. Ada
yang baru merintis karir, ada yang sudah sukses berkarir, ada yang sudah
memasuki masa pensiun. Ada yang meninggal karena kecelakaan kerja, karena
ditikam perampok, karena penyakit, ada juga yang meninggal karena menyerah
dengan hidup. Ini cukup menggambarkan bahwa kematian itu tidak pandang bulu dan
bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dengan penyebab yang bisa apa saja.
Meski banyak adegan perpisahannya, drama ini
dikemas dengan sangat hangat dan dibaluti juga dengan unsur komedi yang pas. Sinematografinya
ciamik apalagi ketika menggambarkan adegan rutinitas Geu Ru sehari-hari. Tata
meja makannya, isi kulkasnya yang lengkap, rumahnya yang bersih, memuaskan
banget untuk dilihat. Opening setiap episodenya juga memiliki landscape yang
berbeda-beda, aquarium, langit, bunga sakura, rumah-rumah penduduk. Semuanya sangat
“screenshot-able” dan cantik untuk dijadikan wallpaper desktop.
Finally, Seperti yang dikatakan oleh sutradaranya,
jangan anggap drama ini sebagai pembelajaran tapi sebagai pengingat bahwa kematian
adalah hal yang pasti bagi makhluk yang bernyawa. Apakah benar manusia mati
hanya meninggalkan nama? Pada akhirnya, perbuatan kita semasa hiduplah yang
akan menentukannya.
Apakah drama Move to Heaven ini recommended? Sangat recommended. Apalagi Netflix sudah langsung mengupload full 10 episode buat binge-watch tanpa harus nunggu setiap minggu.
bagus
ReplyDeleteThanks Kak :)
Delete